Matahari telah diujung puncaknya, namun semilir angin yang sejuk disiang ini menyelimuti panasnya, yang tertiup masuk ke sela-sela pintu dan pentilasi jendela mesjid Al-hijri II di kampusku ini. Seperti biasa, setiap hari Rabu siang adalah jadwalku untuk halaqah bersama ustadz fauzi. Sudah hampir setahun aku mengikiti halaqah dengan beliau. Aku cukup senang bisa mengikuti halaqah ini. banyak hal yang aku dapatkan. terutama dalam hal peningkatan pengetahuan agama. Aku dan empat orang teman lainnya (Adhi, Yuda, Bahar dan Algi) telah duduk bersila di depan ustadz fauzi, siap untuk menerima materi hari ini. Kami ibarat sebuah ember yang akan segera di isi ilmu, dan Ustadz Fauzi adalah sumurnya yang akan kami timba ilmunya.
Aku suka sekali dengan cara dia berbicara, karena jika berbicara, selalu memberi perhatian penuh kepada lawan bicaranya. hingga membuat lawan bicaranya merasa benar-benar diperhatikan. Cara penyampaian materinya, selalu dengan tutur kata yang lugas, ber isi, penuh motivasi dan mudah di pahami. Ustdz Fauzi adalah tipikal orang yang ramah, santun, ulet dan juga cedas, tak heran jika dia menjadi lulusan sarjana terbaik di Fakultasnya. Terbesit dalam diriku, kalau aku juga ingin seperti beliau.
“Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh…segala puji hanya milik Allah, yang tidak pernah menyia-nyiakan siapapun yang mengharapkan keridhoan-Nya, dan tidak pernah menampik siapa pun yang memanjatkan doa kepada-Nya, yang dengan segala taufik dan pertolongan-Nya semata, apa pun wujud kepentingan yang telah kita azamkan, pasti dapat dilaksanakan dengan sempurna, Salawat serta salam semoga selalu terlimpah ruah kepada baginda kita Nabi besar Muhammad S.A.W.” kata Ustadz Fauzi membuka halaqah kita.
“Kita buka Liqo kita pada siang kali ini dengan sama-sama membaca Basmallah…” ucapnya lagi.
Seperti biasa, sebelum masuk materi kami membaca Al-Qur’an terlabih dahulu, dengan saling bergantian, masing-masing mendapat jatah membaca satu kaca dari Al-Qur’an. Aku sangat menghayati apabila satu-persatu dari temanku mulai membacanya, apalagi ketika temanku Bahar melantunkan ayat-ayat itu, suaranya yang merdu terkadang memancing air mataku untuk keluar. Hiks..
“Baik, pada kesempatan kali ini ana akan membahas tentang 10 karatker muslim sejati”. “10 karakter yang harus kita miliki sebagai aktivis dakwah” jelasnya.
“Apakah Antum pernah berpikir seperti apa muslim sejati itu? Bagaimanakah sosoknya?” Tanya Ustadz Fauzi kepada kami.
” Seorang muslim sejati bisa diibaratkan seperti sebuah pohon. Akarnya kuat menghunjam. Batangnya kuat menjulang, demikian pula dahan dan bahkan ranting-rantingnya. Daun-daunnya lebat. Dan setiap musim menghasilkan buah yang banyak dan manis rasanya.”
“Akar-akar yang kokoh tersebut adalah salimul ‘aqidah (aqidah yang lurus), shahihul ‘ibadah (ibadah yang benar), dan matinul khuluq (akhlaq yang mulia). Ibarat akar sebuah pohon, tiga karakter inilah yang akan menopang karakter-karakter lainnya. Karakter-karakter baik tidak akan mampu tumbuh dengan baik jika tiga karakter dasar ini rapuh. Adapun batang, dahan, ranting, dan daun-daunnya adalah potensi-potensi diri yang tumbuh dengan baik, yang meliputi karakter qawiyyul jism (fisik yang kuat), mutsaqqaful fikr (berwawasan luas), mujaahidun linafsihi (bersunguh-sungguh terhadap dirinya sendiri), harisun ‘ala waqtihi (menjaga waktu), munazhzhamun fii syu’unihi (tertata dalam setiap urusan), dan qadirun ‘alal kasbi (mampu mencari nafkah). Sedangkan buah yang bisa dipetik setiap musim adalah karakternya yang nafi’un lighairihi (memberi manfaat bagi orang lain). Semua karakter tadi jika dikumpulkan berjumlah sepuluh. Itulah sepuluh karakter muslim sejati yang akan sedikit ana jelakan.” terangnya kepada kami yang sedang tersihir oleh kata-katanya.
“Baik, yang pertama yaitu, salimul ‘aqidah (aqidah yang lurus). Seorang muslim sejati harus Bersih Akidahnya dari sesuatu hal yang mendekatkan dan menjerumuskan dirinya dari lubang syirik. Aqidahnya harus lurus dan kokoh, tidak bisa diombang-ambingkan dan dibuat gelap mata oleh sulitnya kehidupan. Ia ridha Allah sebagai tuhannya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai nabi dan rasulnya. Ia beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab yang diturunkan kepada para rasul-Nya, Hari Akhir, dan taqdir-Nya. Keimanannya bukan pula hanya diucapkan di bibir saja, namun terpatri kuat dalam hati dan di apresiasikan dalam segenap perilakunya. Itulah iman yang sebenarnya”
“yang kedua, shahihul ‘ibadah (ibadah yang benar). Diatas aqidah yang kuat, seorang muslim senantiasa giat beribadah. Ibadahnya pun benar-benar ditunaikan sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Untuk ibadah mahdhah, ia hanya mengikuti contoh tauqifi dari Rasulullah, tidak menambah-nambahi dan tidak pula mengurangi. Sedangkan untuk ibadah ghayr mahdhah, ia senantiasa berkreasi dan berinovasi dengan menyandarkannya pada bingkai (manhaj) yang telah dituntunkan oleh Rasulullah.”
“Ketiga, matinul khuluq (akhlaq yang mulia). Dengan aqidah yang kokoh dan ibadah yang giat, muncullah akhlaq yang mulia pada diri seorang muslim, ibarat mutiara yang indah dan berkilau. Akhlaq meliputi keadaan hati seseorang dan juga perilaku atau adabnya. Hati seorang muslim adalah hati yang bening, yang bersih dari segala bentuk penyakit hati, dan bahkan dipenuhi dengan sifat-sifat yang mulia seperti ikhlas, tawakkal, sabar, ridha, cinta kasih, dan sebagainya. Adapun perilaku seorang muslim adalah perilaku yang terpuji dan menawan, yang muncul dari dirinya secara spontan karena telah menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan dari kepribadiannya.”
“Yang keempat, qawiyyul jism (jasmani yang kuat). Seorang muslim sejati senantiasa menjaga agar tubuhnya sehat dan kuat. Ia selalu berusaha mengkonsumsi makanan dan minuman yang baik untuk kesehatan, dan membiasakan pola hidup sehat. Bahkan, ia juga melatih tubuhnya agar memiliki stamina yang kuat, dengan cara rajin berolahraga. kita sadar, dengan tubuh yang sehat dan kuat, ia akan mampu menjalankan ibadah dengan lebih baik.”
“Kelima, mutsaqqaful fikr (berwawasan luas). Seorang muslim sejati juga senantiasa memperhatikan akal pikirannya. Ia benar-benar mensyukuri nikmat akal pikiran dengan cara terus mengasah kecerdasannya dan memberinya ilmu dan wawasan baru. Tidak hanya ilmu mengenai agamanya, tetapi juga wawasan umum yang perlu diketahui. Ia tidak pernah berhenti belajar, karena ia tahu bahwa menuntut ilmu itu dari buaian sampai kita mati, seperti kata pepatah arab (utlubil ilma minal mahdi ilal lahdi).” Jelasnya dengan penuh semangat.
“Keenam, , munazhzhamun fii syu’unihi (tertata dalam setiap urusannya). Seorang muslim sejati bukanlah orang yang suka melakukan segala sesuatu dengan asal-asalan. Ia senantiasa menunaikan urusan dan pekerjaannya dengan baik, karena ia punya jadwal atau plening yang jelas untuk hidupnya. Prinsip yang senantiasa ia pegang adalah ihsan dan itqan dalam beramal ’melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya’. Dengan begitu iapun akan menjadi muslim yang berprestasi. Oleh karena itu mulai hari ini coba buat jadwal yang akan antum agendakan kedepan, agar jelas dan tertata.”
“Ketujuh, qadirun ’alal kasbi (mampu mencari nafkah). Seorang muslim harus bisa mandiri. Untuk itu iapun giat bekerja agar bisa memenuhi kebutuhan ekonominya dan bisa berinfaq di jalan Allah. Oleh karena itu, coba antum cari pekerjaan yang kira-kita tidak menggagu waktu kuliah antum, yah.. minimal buat uang jajan ga minta ke orang tua lagi.” Jelasnya lagi.
“Kedelapan, mmujaahidun linafsihi (bersungguh-sungguh terhadap dirinya sendiri).seorang muslim sejati mempunyai tujuan hidup yang jelas dan bersungguh-sungguh untuk bisa mewujudkannya. Kita harus tahu tujuan hidup kita, kita harus bersungguh-sungguh dengan cita-cita yang telah kita azamkan. Agar kita bisa mewujudkannya, tidak bermalas-malasan.” Panjang lebar Ustadz Fauzi menjelaskan dengan diselipi ayat Al-Qur’an dan Hadis-Hadis
“Kesembilan harisun ‘ala waqtihi (cermat mengatur waktu). Waktu adalah kehidupan itu sendiri. Jika waktu telah bergerak, ia tidak akan mampu dimundurkan meski hanya satu detik saja. Untuk itu, seorang muslim sejati tidak pernah menyia-nyiakan waktunya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, apalagi hal-hal yang buruk. Ia tahu bahwa kewajiban yang mesti ia tunaikan lebih banyak daripada waktu yang ia miliki. Untuk itulah, ia benar-benar cermat dalam mengatur waktu yang ia miliki.” “Rizqi, antum masih inget kan tentang manajemen, diri, dan waktu yang pernah ana sampaikan?”Tanya Ustadz Fauzi kepada ku. “iya, ana masih inget Ustadz” jawabku. Dan kemudian beliau menjelaskan kembali.
Dan yang terakhir yaitu nafi’un lighairihi (bermanfaat bagi orang lain). Dengan segala potensi dan kapasitas yang dimiliki, seorang muslim sejati pasti bermanfaat bagi masyarakat. Ia pasti bisa berkontribusi untuk umat dengan segala kelebihan yang ia miliki. Ia bukanlah orang yang ’adanya sama dengan tidak adanya’, atau orang yang ’adanya tidak menambah dan tidak adanya tidak mengurangi’, apalagi orang yang ’adanya tidak diinginkan dan tidak adanya senantiasa diharapkan’. Rasulullah saw bersabda, ”Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lainnya.”
“Itulah sekilas penjelasan dari ana tentang sepuluh karakter muslim sejati. Mari kita senantiasa berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas diri kita, sehingga bisa memenuhi kesepuluh kriteria ini. Dengan menjadi muslim sejati, kita akan lebih siap untuk berkontribusi dalam memperjuangkan agama Allah. Insyaallah.”. Tutup Ustadz Fauzi.
Tak terasa, sudah hampir satu jam lebih kami mendengarkan materi dari beliau. Dan seperti biasa, Ustadz Fauzi akan memberiakan waktu kepada kami untuk menyampaikan pertanyaan jika ada sesuatu yang mengganjal dihati kami. Kami pun akan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dengan cukup jelas dan gamblang.
Setelah itu, dilanjutkan dengan mengisi absensi kegiatan-kegiatan yang sepekan lalu telah dijalani, sambil mengisi absensi biasanya Ustadz Fauzi menanyakan kabar kami, kabar orang tua, probleh-problem, tilawah dan lain sebagainya. Kami pun dengan senang hati akan menceritakan semuanya. Kemudian dengan bijaksana belau akan meberikan solusi-solusinya.
Dua jam berlalu, Ustadz Fauzi pun menutup halaqah kita pada hari ini dengan membaca Alhamdulillah dan do’a kifarotul majlis,setelah itu kami saling bersalaman, kemudian satu per satu beranjak dari tempatnya duduk dan berpamitan.
Bekasi, 16 Agustus 2011
12:24
0 komentar:
Posting Komentar