Kucing adalah seorang gadis yang periang, sebelum memasuki
gerbang kampus. Menjajaki dunia perkuliahan. Kucing adalah seorang gadis yang
lucu dan suka bercanda sekaligus tertawa. Suatu hari, ketika kucing sedang
berdiskusi dengan teman - teman kucing di kelas. Membicarakan tentang
perpisahan, apa yang akan teman - teman lakukan setelah keluar dari sekolah.
Kebanyakan dari mereka karena tamatan SMEA, pada berpikir untuk menikah saja.
Prosentase yang menikah muda 60 %, bekerja 30 % dan melanjutkan pendidikan
hanya 10 % dari jumlah 40 siswa.
Kesombongan kucing yang
selalu mengagung - agungkan kekayaan ayahnya yang sekiranya dapat melanjutkan
ke jenjang yang lebih tinggi membuatnya semakin besar kepala. Kucing selalu
menyindir mereka, "Kenapa nikah muda?", "kenapa kamu kerja?
Nggak penting banget deh!
, "Mending kuliah aja! Kaya aku, di kampus terkenal!"
begitu kucing berbicara pada mereka semua.
Kucing merasa tak akan pernah kehilangan siapapun setelah
mengatakan hal tersebut, karena kucing merasa bangga dan percaya bahwa esok
setelah masuk ke dalam dunia baru, maka kucing bakal mendapat banyak teman yang
jauh lebih banyak.
hanya ada 4 orang dari 40 siswi yang ingin melanjutkan
pendidikan D3 atau S1 di kampus biasa - biasa saja. Sedangkan kucing masih
tetap membangga - banggakan kampus baru yang akan disinggahinya 4 tahun ke
depan. Kucing pun berkata pada sahabat kucing sendiri yang juga punya rencana
kuliah di ASMI Surabaya.
"Hei, Fen! Kamu harus beli baju yang banyak! Karena kuliah
itu tidak memakai seragam seperti ini! Kalau bajunya tidak bermerek, bisa
diejek habis2an! Aku setiap bulan beli kemeja tuh, buat persiapan!" Itu
perkataan kucing pada Fenny sebelum berpisah. Air mata Fenny, yang seorang
gadis yatim dan miskin mengambang. Dan kucing sama sekali tidak menyadarinya,
karena kucing terlalu angkuh dan bangga pada dirinya sendiri.
Hari perpisahan pun dimulai, seluruh teman2 berkumpul untuk
mengadakan acara perpisahan. Tapi kucing pulang terlebih dahulu tanpa
memperdulikan mereka. Karena bagi kucing saat itu adalah teman - teman itu
tidak penting dan tidak berharga buatnya. Kucing tidak tahu bahwa seluruh teman
- teman sedang menatap kucing berlari pergi dari sekolah, sedang mereka
asyik2an menyemprot baju seragam mereka dengan pilox. Kucing mengejek mereka di
dalam hati,"Buat apa main semprot2an? Mending bajunya dikasihkan pengemis
daripada disia - siakan seperti itu."
sebulan setelahnya, kucing masuk ke dalam kampus baru yang
mewah. Kucing berharap akan mendapatkan teman2 yang banyak dan lebih banyak
dari sekolahnya dulu. Seminggu setelah acara ospek selesai, kucing memakai
pakaian 2 barunya. Ternyata, tak seperti yang dia bayangkan saat itu. Sifat
kucing yang kekanak2an dan sering bercanda dianggap teman2 kampus adalah
sesuatu hal yang memalukan. Padahal dulunya kucing sering seperti itu bersama
teman2nya dahulu.
akhirnya, Kucing dijauhi oleh teman2 kampus sekelas berjumlah 70
orang. Saat kucing datang terlambat, kucing mendapat bangku terdepan yang
menghadap dosen. Dan penghinaan datang bertubi2 dari teman2 baru kucing di
kampus. Kemudian kucing merenung sesaat, suasananya sangat berbeda dengan
kebebasan di sekolahnya dulu saat bersama dengan teman2nnya. Keceriaan yang
kini berubah menjadi keseriusan dan kecanggungan. Bahwa masih ada yang lebih
kaya dibanding kucing. Kucing sedih dan menangis di dalam hati, sampai pada
suatu hari karena kucing merasa tertekan batin oleh suasana adaptasi baru yang
tidak mengenakkan. Kucing sakit, kucing pingsan di dalam kampus berkali2. Dan
seperti cerita roki sebelumnya, kucing terkena penyakit kelelahan berpikir.
Akhirnya, kucing yang ceria menjadi pendiam sejati. Tidak mau
bicara jika tidak diajak bicara. Suatu hari, saat kucing tiduran di rumah,
telepon berdering. Sore itu kucing habis terkena mimisan dan baru pingsan di
kampus. Sebuah deringan telepon itu adalah dari seorang bekas temannya yang
pernah dihinanya, seorang gadis yatim yang terlihat genangan air mata saat
kucing menyuruhnya membeli pakaian baru. Sementara ayah gadis itu sudah
meninggal dan tak mungkin dengan sering membeli pakaian baru.
Fenny....
Dia terkejut saat mengetahui kucing sakit parah, dia berteriak
di dalam telepon,"Kucing!!! kamu sakit! nggak mungkin! Kamu nggak pernah
sakit separah itu!" teriak Fenny memekakkan gendang telinga kucing. Namun
kucing malah tersenyum dan tertawa senang atas perhatiannya itu.
Yang tidak disangka - sangkanya, Kucing yang selalu menghina
kampus Fenny yang terlihat tidak bonafit, status D3 nya yang kurang dari S1.
tahun pun berlalu...
kesombongan kucing hanya tinggal sebuah kata2 basi. Karena gadis
yatim itu lebih berhasil daripada kucing sendiri. Nasib yang tak disangka2 oleh
kucing. Fenny yang telah lulus dari kampus ASMI, sementara kucing malah terkena
Drop out dari kampus karena terlalu bodoh! Dan tidak ada biaya persebab
kekayaan ayah kucing amblas tiba2. Kucing sangat merasa malu dan tidak tahu
harus berkata apa ketika Fenny sering menelpon dari kantornya. Sedangkan kucing
menjadi pengangguran. Namun, kucing masih tetap sedikit angkuh, dia selalu
berkata,"Fen, aku akan melanjutkan kuliah di sini...", agar tidak
merasa terendahkan oleh Fenny.
Tapi, Fenny tetap setia menjadi teman kucing sampai saat ini.
Fenny yang rendah hati dan sekarang menjadi seorang sekretaris di salah satu
perusahaan kapal Surabaya. Dibandingkan dengan kucing yang malas2an di rumah
dan hanya sekedar menjadi penulis biasa. Fenny yang sekarang memiliki banyak
teman dan relasi di dunia kerja. Sementara kucing menjadi seperti seekor katak
di dalam tempurung.
Akhirnya, kucing pun sadar bahwa kesombongan itu menghancurkan
segalanya. Tapi, andaikata Fenny tak pernah mengingatku, entah apa yang akan
terjadi. Tanpa dirinya.
seorang sahabat setia, yang lucu dan sejalan dalam prinsip.
Seorang gadis yatim yang sebelum berpisah memberikan sebuah sweater
kesayangannya pada kucing. sweater tebal yang selalu menghangatkan tubuh
kucing. Sweater dari seorang sahabat yang tak pernah berpikir jelek tentang
kejelekan kucing dan selalu ceria.
Fenny, sweater itu, dari tahun 2002 sampai sekarang selalu
kupakai kemana pun kucing pergi. Sweater ini akan dikembalikan saat dia
menikah, tapi dia belum menikah. Saat itu kucing bertanya, "Fen, apa
sweatermu ini harus kukembalikan?"
dia menjawab, "Tidak perlu,kau pakai saja"
Dan kucing berkata, "Fen, tahukah kamu, sweater ini selalu
kupakai saat aku keluar dari rumah. Sweater yang sudah usang ini selalu melekat
di tubuhku. Kau tahu, ternyata persahabatan kita tak pernah pudar...."
Dan, inilah kisah persahabatan kucing dengan sahabat kucing.
Harga dari sebuah persahabatan tak terhitung jumlahnya dan berapa banyaknya.
Saat ketika diriku tersadar dari keangkuhan dan kebanggaan diri yang tak pernah
bisa patut dibanggakan selain menangis. Kenapa dulu aku berkata seperti itu
padanya, tapi dia tetap memberikan sweater itu sebagai tanda persahabatan
sedangkan kucing tak memberikan apa2 selain, kata,"Semoga kita lekas
berjumpa lagi!
Semoga kita lekas
berjumpa lagi, Fenny! Tidak hanya sekedar berhubungan lewat telepon, karena
kucing sangat merindukan kehadiranmu!!!
berdasar kisah nyata dari Kucing5555
0 komentar:
Posting Komentar