Pages

Kamis, 18 Juni 2015

Rasulullah Sebaik-baik Insan


Puncak dari kesemua orang shalih adalah para nabi dan rasul Allah. Dan puncak tertinggi lapis-lapis keberkahan dari semua puncak itu adalah Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Maka sungguh, tentang diri Rasulullah adalah sebiak-baik kisah, seindah -indah cermin, semulia-mulia jalan, dan semurni-murni teladan. Maka sungguh, pada diri Rasulullah ada sebening-bening hati, sejernih-jernih jiwa, sedalam-dalam ilmu, dan setepat-tepat fahaman.
Maka sunggung, dalam tindak Rasulullah ada seikhlas-ikhlas niat, seihsan-ihsan amal, seteguh-teguh prinsip, dan sejelas-jelas ikutan. Maka sunggung, ditiap langkah Rasulullah ada seagung-agung akhlaq, seluhur-luhur budi, segenap-genap syukur, dan seutuh-utuh sabar.


Maka sungguh, pada senarai helai nafas Rasulullah ada sederu-deru dzikir, sesyahdu-syahdu khusyu’, dan setunduk-tunduk tawadhu’. Maka sungguh, pada rangkaian detak jantung Rasulullah ada segigih-gigih upaya, sesuci-suci doa, sepasrah-pasrah tawakkal, dan sebenar-benar taqwa.

Maka sungguh, pada rantam denyut nadi Rasulullah ada seberkah-berkah nafkah, setumpah-tumpah sedekah, setebar-tebar dakwah, senyata-nyata jihad. Maka sungguh, pada deras aliran darah Rasulullah ada seruah-ruah perhatian, sedahsyat-dahsyat pengorbanan, dan sesejuk kasih sayang.

Maka sungguh, ucapan Rasulullah adalah sefasih-fasih kata, sedalam-dalam makna, sekokoh-kokoh hujjah, setampak-tampak pembuktian. Maka sungguh, pribadi Rasulullah adalah semesra-mesra suami, segagah-gagah ayah, semantap-mantap kakek, seakrab-akrab sahabat.

Maka sungguh, sosok Rasulullah adalah setaat-taat hamba, serajin-rajin guru, seberani-berani panglima, sepuncak-puncak pemimpin. Maka sungguh, tapak hayat Rasulullah adalah sejalita-jelita hidup, selurus-lurus titian, seberat-berat liku, sewujud-wujud cinta.

Maka sungguh, dalam sekarat Rasulullah menyebut ummatnya, menegaskan kekhawatirannya. Semoga kita termasuk yang berhak disambut ditelaganya, diberi minum olehnya dari Al-Kautsar yang mengusir sejuta dahaga, bernaung di bawah panji-panjinya, dan dibahagiakan dengan syafa’atnya.

Maka sungguh, dilapis-lapis keberkahan, apakah yang menyibukkan kita hingga tak sempat untuk sejenak duduk menyimak sahajanya, mendaras teladannya, mengkaji sunnahnya, dan mengittiba’ pengabdiannya?

Lapis-Lapis keberkahan
hal: 255-256


0 komentar:

Posting Komentar