Pages

Sabtu, 31 Mei 2014

Kisah Guru Bijak dan Sebuah Ember


Seorang profesor memasuki ruang kuliah sambil membawa ember transparan berukuran sedang, batu-batu besar, kerikil, pasir dan air. Kemudian profesor mata kuliah filosofi itu memasukkan batu-batu besar ke dalam ember, satu per satu hingga ember itu penuh oleh batu- batu berukuran besar. Semua mahasiswa heran dan memperhatikan dengan seksama. Kemudian sang profesor mengajukan satu pertanyaan. “Apakah ember ini sudah tidak dapat diisi lagi?” tanya profesor memecah keheningan.
Para mahasiswa serentak menjawab, “Ya. Masih bisa,” meskipun mereka melihat ember itu sudah penuh. Profesor itu tersenyum, lalu menuangkan kerikil ke dalam ember itu hingga tak tersisa satu kerikilpun di luar. “Apakah kalian kira ember ini sudah tidak dapat diisi lagi?” tanya profesor. Para mahasiswa agak bingung. Mereka ragu-ragu. Suara mereka mulai terpecah. Sebagian mengatakan, “Tidak. Ember sudah penuh!” Sementara yang lain mengatakan, “Masih bisa.”

Sang Profesor pun mencoba menuangkan pasir ke dalam ember tersebut. Ternyata seluruh pasir dapat masuk ke dalam ember itu, mengisi sela-sela batu besar dan kerikil. Profesor itu terus menuangkan pasir hingga ember itu terlihat penuh sesak oleh batu, kerikil dan pasir.
Para mahasiswa sudah dapat memastikan bahwa ember itu tidak akandapat diisi lagi. Maka ketika profesor bertanya, “Apakah masih bisa diisi lagi?” Dengan kompak seluruh mahasiswa menjawab, “Tidak bisa.
“Setelah mendengar jawaban para mahasiswanya, profesor itu menuangkan air ke dalam ember hingga tak tersisa. Terbukti sudah bahwa jawaban para mahasiswa tidak tepat, karena ternyata ember itu masih bisa diisi dengan air.
Kemudian Sang Profesor menanyakan kepada mahasiswa kesimpulan apa yang bisa ditarik dari contoh tadi. Seisi kelas diam mencoba merenungi dan mengambil nilai dari percobaan tadi. Kemudian ada mahasiswa yang menjawab “Sepadat padatnya jadwal kuliah dan tugas kita masih bisa meyelesaikannya kita mau”, Sang Profesor memuji keberanian mahasiswa tersebut mengajukan pendapat sambil tersenyum, “Jawaban yang bagus, tapi masih ada yang lebih tepat”.
Seisi kelas pun diam, karena lama tidak ada yang menjawab akhirnya Sang Profesor diam sejenak sambil menyapu pandangan ke seluruh kelas,dan berkata ” Kita menempatkan batu batu besar masuk kedalam ember, kemudian diikuti oleh batu batu kecil, kerikil, kemudian baru diisi dengan air sehingga ember benar benar penuh, mungkinkah hal tersebut bisa dibalik? Bisakah Kita menempatkan kerikil-kerikil kecil,pasir,air baru kemudian batu  batu besar? Ternyata ketika batu batu kecil, kerikil dan air kita masukan dulu, batu yang besar tidak muat masuk semua ke ember.
Dihubungkan dalam kehidupan ini, kita dapat mengambil makna bahwa dalam kehidupan ini kita harus pandai menempatkan prioritas. Menempatkan hal hal penting dan utama untuk didahulukan daripada menghabiskan waktu yang belum tentu berguna buat kita, sebelum kita menjadi tua dan waktu kita habis.
Tempatkan impian-impian yang besar sebagai prioritas utama (yang diibaratkan sebagai batu-batu besar). Jangan sibuk mencari dan menempatkan hal-hal yang kecil (yang diibaratkan oleh kerikil, pasir dan air) terlebih dahulu, karena menyebabkan kita tidak bisa mendapatkan impian yang besar atau utama.
Batu batu besar dalam kehidupan setiap orang berbeda-beda, ada yang menempatkan keluarga sebagai prioritas pertama, karir, teman, kesehatan, ato kesenangan,dll. Tetapi yang pasti, tugas kita sendirilah untuk menyusun batu kehidupan kita masing masing sehingga tercipta kehidupan yang kokoh, kuat dan bahagia.

SELAMAT MENYUSUN BATU KEHIDUPAN MASING MASING…!!!

Many people fail in life, not for lack of ability or brains or even courage but simply because they have never organized their energies around a goal. ~Elbert Hubbard~

0 komentar:

Posting Komentar