Seorang pria
mendatangi seorang Sufi yang diseganinya, “Sufi, saya bosan hidup. Rumah tangga
berantakan. Usaha kacau. Saya ingin mati saja.”
Sang Sufi tersenyum, “Oh, kamu pasti sedang sakit, dan penyakitmu pasti bisa sembuh.”
“Tidak Sufi, tidak. Saya sudah tidak ingin hidup lagi, saya ingin mengakhiri hidup saya ini saja,” tolak pria itu.
“Baiklah kalau memang itu keinginanmu. Ambil racun ini. Minumlah setengah botol malam ini, sisanya besok sore jam 6. Jam 8 malamnya engkau akan mati dengan tenang.”
Pria itu bingung. Pikirnya setiap Sufi yang ia pernah datangi selalu memberikannya semangat hidup. Tapi yg ini sebaliknya dan justru menawarkan racun.
Sang Sufi tersenyum, “Oh, kamu pasti sedang sakit, dan penyakitmu pasti bisa sembuh.”
“Tidak Sufi, tidak. Saya sudah tidak ingin hidup lagi, saya ingin mengakhiri hidup saya ini saja,” tolak pria itu.
“Baiklah kalau memang itu keinginanmu. Ambil racun ini. Minumlah setengah botol malam ini, sisanya besok sore jam 6. Jam 8 malamnya engkau akan mati dengan tenang.”
Pria itu bingung. Pikirnya setiap Sufi yang ia pernah datangi selalu memberikannya semangat hidup. Tapi yg ini sebaliknya dan justru menawarkan racun.
Sesampainya di
rumah, ia minum setengah botol racun yang diberikan Sufi tadi. Ia memutuskan
makan malam dengan keluarga di restoran mahal dan memesan makanan favoritnya
yang sudah lama tidak pernah ia lakukan. Untuk meninggalkan kenangan manis, ia
pun bersenda gurau dengan riang bersama keluarga yang diajaknya. Sebelum tidur
pun, ia mencium istrinya dan berbisik, “Sayang, aku mencintaimu.”
Besok paginya
dia bangun tidur, membuka jendela kamar dan melihat pemandangan di luar. Tiupan
angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk jalan pagi.
Pulang ke
rumah, istrinya masih tidur. Ia pun membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya,
dan satunya untuk istrinya.
Istrinya yang
merasa aneh, kemudian terheran-heran dan bertanya, “Sayang, apa yg terjadi? Selama
ini, mungkin aku ada salah ya. Maafkan aku ya sayang?”
Kemudian
dirinya mengunjungi ke kantornya, ia menyapa setiap orang. Stafnya pun sampai
bingung, “Hari ini, Boss kita kok aneh ya?” Ia menjadi lebih toleran,
apresiatif terhadap pendapat yang berbeda. Ia seperti mulai menikmatinya.
Pulang sampai
rumah jam 5 sore, ternyata istrinya telah menungguinya. Sang istri menciumnya,
“Sayang, sekali lagi mohon maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkanmu.”
Demikian halnya dengan anak-anaknya yang berani bermanjaan kembali padanya.
Tiba-tiba, ia
merasa hidup begitu indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi
bagaimana dengan racun yang terlanjur sudah ia minum?
Bergegas ia
mendatangi sang Sufi, dan bertanya cemas mengenai racun yang telah sebelumnya
ia minum kemarin. Sang Sufi dengan enteng mengatakan, “Buang saja botol itu.
Isinya hanyalah air biasa kok. Dan saya bersyukur bahwa ternyata kau sudah
sembuh.”
“Bila kau
hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan
menikmati setiap detik kehidupan ini. Maka leburkan “belenggu egomu”. Satu kata
untukmu, “Bersyukurlah”. Karena itulah rahasia kehidupan sesungguhnya. Itulah
kunci kebahagiaan, dan jalan menuju ketenangan”.
0 komentar:
Posting Komentar